4 Raja Dunia, Siapa Saja?

Diposkan oleh On 9:59 AM

4 Raja Dunia, Siapa Saja?

Terkadang kita tidak mengetahuinya ketika ditanya tentang 4 Raja dunia ini. Banyak yang bertanya pada sebagian ulama' mengenai 4 Raja Dunia ini. Para Ulama tentunya bisa menjawab dengan sangat benar.

Membaca artikel yang ada dalam cinta pustaka islam ini pasti ada manfaatnya. Bisa untuk menembah pengetahuan agama, dan solusi serta nasehat-nasehat bijak sehingga kehidupan kita akan lebih baik dan emndapat ridla dari Allah Subhanahu wata'ala.

Ternyata jawabanya adalah demikian. Kita bagi dua, Untuk yang Islam atau Muslim Beriman Sholih Maka Raja dunianya adalah NAbi Sulaiman dan Iskandar Dzulkarnaen, dan 2 lagi yang tidak beriman alias Kafir maka Raja dunianya adalah Raja Namrud bin kan'an dan Shadad bin 'Ad bin 'Ush bin Irmin bin Sam bin Nuh. Shadad dalam riwayat lain ada yang menamainya Bukhtanashar. Hanya Allah yang Mengetahui Kebenarannya.

Memang Shadad itu adalah keturunan Nabi Nuh dari Putra Nuh Yang bernama Sam, banyak dari keturunan Sam yang menjadi Nabi, namun juga ada yang nejadi Raja Dunia yaitu Shadad. Jadi Shadad itu cicit nya Nabi Nuh.

Ini kami temukan dalam kitab Bada'iuz Zhuhur Bab Dzikru Qishshoti Shadad bin 'Ad Hal 70.

Siapa saja Khulafaurrosyidin itu? (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali)

Diposkan oleh On 11:58 PM

Jika ada sebuah pertanyaan yang isinya seperti ini, Siapakah Khulafaurrosyidin itu? maka Jawabannya Adalah Pertama adalah Abu Bakar Ash Shidiq, kedua adalah Umar Bin Khattab, ketiga adalah Utsman Bin Affan dan yang keempat adalah Ali Bin Abi Thallib Karomallahu Wajhahu. Bagaimana sepak terjang mereka semua. Apa karya-karya mereka. Sabar dahulu para pembaca kajian Ilmu agama dan kajian sejarah Islam di Blog Cinta Pustak Islam.

Kali ini pembaca harus heningkan sejenak untuk membaca surah Al Fatihah yang kita hadiahkan pertama untuk Nabi Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wasallam Waazwajihi wadluriyyatihi wa ahli baitihi, kemudian kedua Surah Fatihah Kita hadiahkan kepada Nabi Adam, Ibu Hawa dan Para Nabi serta Utusan Allah, Para shohabat, para tabiin, Para Wali-wali Allah, dari jagat barat sampai ujung timur, yang ada di daratan maupun dilautan, khusus kita hadiahkan kepada Syech abdul Qodir Jailani, para ulama didaerah kita masing-masing. AlfaaTihah....

Pengertian Khulafaurrosyidin

Khulafaurrosyidin berasal dari kata khalifah, khulafa jamak dari kata kholifah yang artinya pengganti. Penganti kepemimpinan pada saat Nabi Muhammad Sudah Wafat. Maka merekalah yang memegang tampuk pemerintahan untuk menjaga kelanggengan ajaran Tauhid Nabi Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wasallam.  Rosyidin adalah dari kata Ar-Rasyid. Rasyidin adalah jamak dari Rasyid yang artinya adalah orang yang mendapatkan petunjuk. Oleh Karena itu Rasyidin berarti adalah orang orang yang diberikan pentunjuk oleh Allah untuk meneruskan kepemimpinan Nabi Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wasallam.

Kholifah pertama Adalah Abu Bakar As-Shidiq

Periode kepemimpinannya yaitu (11-13 Hijriyah atau 632-634 Masehi). Awalnya setelah Nabi Muhammad Wafat berkumpullah kaum anshar dan muhajirin untuk bermusyawarah menentukan siapa pemimpin berikutnya. Awalnya kaum anshar menjagokan kandidatnya yaitu Saad bin Ubadah dan dari pihak kaum muhajirin yang diwakili oleh Abu Bakar mencalonkan Umar Bin Khattab untuk menjadi pemimpinnya. Namun umar bin khattab tidak gila kekuasaan. Beliau justru menolak dan menjagokan Abu Bakar As-Shidiq. Akhirnya disepakati dalam musyawarah tersebut dan terpilihlah Abu Bakar As-Shidiq menjadi khalifah pertama. Mengapa Dia terpilih, sebab orang yang pertama kali mengakui isra’ Mi’raj Nabi Adalah Abu Bakar. kedua beliau juga menemani Nabi Muhammad Hijrah sampai ke Madinah. Ketiga Orang yang sangat gigih melindungi siapa saja yang mau masuk Islam, dan yang keempat adalah Beliau (Abu Bakar) pernah ditunjuk sebagai imam ketika Nabi Muhammad sedang sakit.

Khalifah Kedua Adalah Umar Bin Khattab

Peroide kepemimpinan selama 12 tahun yaitu mulai 13 Hijriyah sampai 23 Hijriyah atau 634 Masehi sampai 644 Masehi). Kepemimpinan ini adalah kepemimpinan yang kedua setelah Abu Bakar As-Shidiq Wafat. Sebelum Wafat, Abu Bakar As-Shidiq pernah tanya pada Para Sahabat jika kelak kepemimpinannya selesai atau meninggal dunia, bagaimana jika kekhalifahan diserahkan pada Umar Bin Khattab. Saat itu yang ditanya adalah Abdurrahman Bin ‘Auf, Utsman Bin affan dan para sahabat Muhajirin dan Anshar. dan mereka setuju atas usul dari Abu Bakar. Akhirnya ketika abu Bakar telah wafat, maka kepemimpinan diserahkan Umar Bin Khattab.

Khalifah Ketiga adalah Usman bin Affan

Periode kepemimpinannya mulai tahun 23 – 35 Hijriyah atau 644 – 656  Masehi. Ini menggantikan Khalifah Umar yang saat terakhir masa kepemimpinannya, beliau sakit keras karena akibat tertikam oleh budak persia. Beliau membentuk tim formatur yang terdiri dari Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair Bin Awwam, Sa’ad Bin Waqqas dan Abdurahman bin Auf. Maka mereka sepakat memilih Usman bin Affan sebagai Khalifah.

Khalifah keempat adalah Ali Bin Abi Thalib

Periode kepemimpinannya yaitu tahun 35-41 Hijriyah atau 656-661 Masehi. Awalnya Ali tidak mau menjadi pemimpin, lagi lagi para sahabat ini tidak gila kepemimpinan. Semua diserahkan pada keputusan Musyawarah. dan akhirnya terpilihlah Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah. Saat kepemimpinan ini ada yang tidak setuju yaitu Muawwiyah bin Abi Sufyan. Ali bin Abi Thalib harus segera mengambil alih kepemimpinan agar pemerintahan bisa berjalan kembali. 

Sepeninggalnya Usman memang meninggal karena dibunuh. Umat islam menunggu siapa pelaku pembunuh Usman, Ali Bin Abi Thalib memang sosok pemimpin yang sangat hati-hati dalam meutuskan perkara sehingga umat sudah tidak sabar menunggu keputusan Ali. Mengapa sampai saat itu pembunuhnya belum diketemukan. Sehingga banyak yang beranggapan bahwa, jangan-jangan pembunuhnya adalah Ali bin Abi Thalib. Sebenarnya bukan Ali yang membunuh, hanya dia adalah orang yang sangat hati-hati dalam memutuskan perkara. Karena ketidak sabaran umat mereka menentang Ali bahkan mertuanya sendiri Bunda Aisyah istri Nabi Muhammad pun Menentang Ali dan mengikuti Blok Muawwiyah. Terjadilah peperangan bukan melawan kemungkaran, namun peperangan dalam urusan Ijtihad. Oleh karena itu Jika ada yang meninggal dalam peperangan ini semuanya digolongkan Mati Syahid, Mati Karena Allah. Perang melawan Bunda Aisyah dinamakan perang Jamal, jamal adalah onta karena saat itu Bunda Aisyah Menunggangi onta. Walaupun Aisyah Kalah, Ali bin Abi Thallib mengantarkan Aisyah sampai kerumah mertuanya. Karena Aisyah sudah tidak berdaya. Pertentangan Ali dengan Muawiyah sampai meimbulkan perang dinamakan perang Siffin. Saat itu terpecahlah umat islam menjadi 3 golongan yaitu Khawarij, Murjiah dan Syiah.

Kisah Nabi Nuh Alaihi Salam

Diposkan oleh On 6:44 AM

Nama asli Nabi Nuh adalah Abdul Ghofar, Nuh dalam bahasa jawa artinya Ndepe-ndepe, dalam bahasa indonesia artinya mendekatkan diri sama Allah, jadi Nabi Nuh disebut Nabi Nuh karena Nabi yang selalu dekat dengan Allah dan meminta pertolongan hanya pada Allah. Nabi Nuh juga seorang yang ahli dalam pertukangan. Dia adalah seorang tukang kayu yang handal, sehingga bisa membuat kapal yang sangat besar dengan ukuran panjang kapal Nabi Nuh Alaihi Salam 300 dliro’, kemudian lebarnya 50 dliro’, dan kedalaman kapal 30 dliro’. Kemudian kapal dibagi menjadi 3 tingkat atau 3 dek, yang rencananya untuk tingkat paling bawah memuat hewan-hewan bumi, kemudian dek tengah untuk Manusia dan dek paling atas adalah hewan angkasa ( yang bisa terbang ).  

Untuk apa sih kapal besar dibuat  oleh Nabi Nuh, sebab saat Nabi Nuh diutus Allah untuk menyampaikan seruan beribadah kepada Allah, Namun apa yang terjadi, justru kaum Nabi Nuh yang tergolong kaya alias dan berpangkat tidak mau menyembah kepada Allah malahan mereka mendustakan Agama Allah, Nabi Nuh malah dikatakan orang yang tersesat (jawa: Kesasar) Namun Nabi Nuh juga terus berusaha untuk menakuti mereka jika tidak mau menyembah akan terkena adzab yang pedih, masih saja ajakan Nabi Nuh pun tidak digubrisnya, akhirnya Allah menurunkan adzab pada kaum Nabi Nuh dengan menenggelamkan kaum Nabi Nuh yang tidak beriman dengan Banjir besar yang dinamakan banjir Taufan. Bagi yang ikut ajakan Nabi Nuh untuk ikut di kapal besar maka akan selamat, dan yang tidak mau mengikuti ajakan Nabi Nuh maka akan tenggelam, walaupun berdiri di puncak gunung, Bahkan Kan’an putra Nabi Nuh sendiri juga tidak mau ikut, akhirnya ikut tenggelam. Paska banjir taufan Nabi Nuh ditambah umurnya selama 250 tahun yang sebelumnya Nabi Nuh memimpin kaumnya selama 950 tahun. Umur yang fantastis untuk saat ini, namun pada zaman Nabi Nuh umur selama itu sudah hal yang biasa.

لَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا إلى قَوْمِهِ فَقَالَ يَاقَوْمِى اعْبُدُوْا اللهَ مَالَكُمْ مِنْ اِلهٍ غَيْرُهُ اِنِّى أخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيْمٍ 59.....
Refferensi :

Jalaluddin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-mahalli dan Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakri as-Suyuti, Tafsir Jalalain, Surat Al-A’raf ayat 59 sampai 64, Darul Islamiyah, 2011, Hal : 231

Hukum Ngalap Berkah Air Pathok Syekh Ahmad Mutamakkin Kajen

Diposkan oleh On 6:22 AM

Artikel ini sengaja saya minta dari temennya Saudara Hanik Mujahidin untuk saya posting di blog Cinta Pustaka Islam. Tujuannya sebagai bahan bacaan bagi pembaca setia Cinta Pustaka Islam. Dan mengenai Refferensi dari apdate FB beliau Ustadz Ahmad Sabiqul Himam.
Sebelum kita membahas hukumnya, alangkah baiknya kita mengenal sosok waliyullah Syeikh Ahmad Mutamakkin terlebih dahulu.


Siapakah Syeikh Ahmad Mutamakkin itu ?

Setiap 10 Muharam di desa kecil di pantai utara Jawa Desa Kajen, Pati, lautan manusia berdatangan memperingati haul KH Ahmad Mutamakkin . Sosok kiai yang lahir di Tuban ini lebih memilih Kajen, sebuah desa kecil di pantai utara Jawa, untuk menyebarkan agama Islamnya.

Beliau adalah seorang neosufis yang hidup pada tahun 1645 - 1740. Satu garis dengan cerita Jawa pada awal perkembangan Islam, Ki Ageng Pengging, Sunan Panggung, dan Among Raja. Mereka dikenal sebagai penganut tasawuf yang kemudian dieksekusi yang berkuasa. Bahkan, ada yang dikisahkan dibakar hidup-hidup.

Barangkali gema dari cerita yang lebih masyhur dan memikat dalam sejarah Islam di Timur Tengah adalah cerita tentang Husain ibn al-Hallaj yang wafat pada tahun 922.

Nama “Mutamakkin” yang bermakna orang yang meneguhkan hati atau yang diyakini akan kesuciannya konon adalah gelar yang diberikan kepada beliau seusai dari menuntut ilmu dari Timur Tengah.

Garis keturunan Mbah Mutamakkin dari bapak adalah Sultan Trenggono (Raja Demak III tahun 1521-1546) yang bertemu dengan pada silsilah Raden Fatah (Pendiri Kerajaan Demak 1478-1518). Dari Ibu, keturunan Sayid Ali Bejagung, Tuban Jatim. Sayid Ali ini mempunyai putera bernama Raden Tanu, Tanu ini mempunyai seorang puteri, yakni ibu Mbah Mutamakkin.

“Sumohadiwijaya” adalah nama ningrat Mbah Mutamakkin. Putera Pangeran Benawa II (Raden Sumohaidnegara) bin Pangeran Benawa I (Raden Hadiningrat) bin Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya) bin Ki Ageng Pengging bin Ratu Pembayun binti Prabu Brawijaya. Ratu Pembayun adalah saudara perempuan Raden Fatah. Istri Jaka Tingkir adalah Putri Sultan Trenggono bin Raden Fatah.

Konon, sepulang dari Timur Tengah, Mbah Mutamakkin tidak langsung pulang melainkan pergi ke daerah utara Pati. Beliau tinggal di Cebolek di sebelah utara desa Kajen.

Terdapat pula cerita yang berkembang di masyarakat setempat (foklor) menyebutkan, sepulangnya dari menunaikan Ibadah haji, beliau menaiki jin. Tiba-tiba di tengah laut, oleh jinnya, beliau dijatuhkan di tengah laut. Kemudian beliau diselamatkan “Ikan Mladang”. Beliau dilemparkan sampai di suatu tempat. Tempat tersebut dinamai Desa Cebolek.

Ada dua versi tentang asal usul desa ini. Pertama adalah dari kata “ceblok” (jatuh), dan kedua “Jebol-jebul melek” (tiba-tiba membuka mata). Di Cebolek, Pati, beliau tinggal.

Suatu malam, Mbah Mutamakkin melihat sinar yang terang di langit. Karena heran, kemudian beliau mencari dari mana asal sinar tersebut. Ternyata sinar tersebut adalah sinar K.H Syamsuddin, pemangku Desa Kajen yang sedang melaksanakan shalat tahajjud. Tidak banyak cerita yang berkembang, kemudian Mbah Mutamakkin dinikahkan dengan putrinya Nyai Qodimah.

Mbah Mutamakkin memiliki putra yaitu Nyai Alfiyah Godeg, Kiai Bagus, Kiai Endro Muhammad. Putra kedua, Kiai Bagus kemudian bertempat tinggal di Jawa Timur. Di negeri orang tersebut, Kiai Bagus memiliki keturunann antara lain KH Hasyim Asyari (Pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang), dan K.H Bisri Syamsuri (Pendiri Pondok Pesantren Denanyar, Jombang). Keduanya ini adalah kakek Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Sedangkan Alfiyah dan Endro tetap tinggal di kajen. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, banyak keturunan Mbah Mutamakkin yang mendirikan sejumlah pondok pesantren (Ponpes) di Kajen. Misalnya pada tahun 1900, Kiai Nawawi putra KH Abdullah mendirikan Ponpes Kulon Banon atau Taman Pendidikan Islam Indonesia (TPII). Pesantren ini adalah Pospes tertua di Desa Kajen.

Menyusul kemudian, KH Ismail mendirikan Ponpes Raudhatul Ulum (PPRU), Tahun 1902, KH Siraj, putra KH Ishaq mendirikan Ponpes Wetan Banon yang kemudian dikenal dengan Ponpes Salafiyah yang kemudian dilanjutkan oleh KH Baidhowi Siroj. Penamaan Kulon atau wetan banon ini didasarkan atas posisinya dari komplek pesarean Mbah Mutamakkin yang dikelilingi tembok besar (banon).

Sekitar tahun 1910, K.H Abdussalam (Mbah Salam), saudara Mbah Nawawi, mendirikan pesantren di bagian Barat Desa Kajen yang dinamakan Popes Pologarut. Dalam perkembangannya menjadi Ponpes Maslakhul Huda Polgarut Putra (PMH Putra) dan Polgarut Selatan (PMH Pusat).

Syeikh Ahmad Mutamakin adalah seorang yang disegani serta berpandangan jauh, salah satu tokoh yang berjasa besar dalam penyebaran Agama Islam di Utara Pulau Jawa terkhusus wilayah Pati.

Beliau juga seorang yang arif dan bijaksana. ia pernah mencari ilmu sampai ke negeri – negeri Arab selama bertahun-tahun. belajar ilmu-ilmu dibidang Syariat, selanjutnya belajar Thoriqoh menurut dorongan hatinya, sebagai landasan hidupnya.

Dalam perjalanannya mencari ilmu itu, beliau mendapat seorang guru besar bernama Syaikh Zain Al- Yamani. Setelah beberapa lama berguru, beliau mendapat pengesahan resmi dari guru besar tersebut, ia mohon pamit pulang ke Jawa pulang untuk segera mengamalkan ilmu-ilmu yang diperolehnya.

Beliau melanjutkan perjalanan sampai ke Desa Cebolek untuk menyebarkan Agama Islam sampai kepedalaman, beliau memasuki wilayah baru. Dan bertemu dengan H. Syamsudin yang dikenal dengan sebutan Surya Alam, sehingga nama wilayah itu Kajen dari kata “Kaji Ijen”. Beliau mendapat kepercayaan dari H. Syamsudin untuk ditempati dan mengolah daerah tersebut menjadi Desa yang dapat mengenal Agama Islam.

Selain belajar dan meperdalam Ilmu Pengetahuan agama dengan bersungguh-sungguh, ia juga belajar melatih jiwa dalam mengendalikan hawa nafsu, beliau pernah melatih dengan puasa, disaat mau buka puasa, beliau memasak yang paling lezat. Kemudian beliau mengikat diri dan tangannya pada tiang rumah. Masakan yang tersaji di maja makan hanya ia pandangi saja.

Beliau mau menguji tingkat kesabaran hatinya. Namun yang keluar kedua ekor anjing. Yang bernama Abdul Qohar dan Qumarudin sebagai lambang nafsu yang keluar dari diri manusia. Kuda mahluk tersebut memakan habis hidangan yang berada di meja makan. Pemberian nama pada kedua anjing tersebut seperti nama seorang penghulu dan khotib Tuban.

Pada suatu hari beliau kedatangan tamu, yang kebetulan saat itu Syeh Ahmad Mutamakin mendapat satu makanan yang hanya berisikan ikan asin kering. Kemudian tamu itu diajak makan bersama, namun si Tamu melahap habis nasi sama ikan kering tersebut. Tamu tersebut marah dan mau naik pitam ketika Syeh Ahmad Mutamakin bilang bahwa anjing mereka saja tidak suka sama Ikan kering. Hal tersebut sangat menghinanya, maka dia menyebarkan isyu kepada para ulama-ulama se jawa.

Selebaran-selebaran tersebut mengatakan bahwa Syeh Ahmad Mutamakin sebagai seorang Muslim senjati telah memelihara anjing dan memeberi nama anjing tersebut dengan nama orang seperti Qomarudin dan Abdul Qohar, selain itu Beliau gemar melihat dan mendengarkan wayang dengan cerita Bima Suci dan Dewa Ruci.

Pihak keraton mendengar berita tersebut, sehingga ia mengutus seorang ulama bernama Ki Kedung Gede untuk menguji kebenaran tersebut sebelum Keraton memanggil dengan surat teguran atau panggilan dari pihak keraton. Syeh Ahmad Muthamakin tahu maksud hati dari tamu tersebut. Sehingga Syeh Ahmad Mutamakin bahwa beliau belum tahu huruf alif sekalipun, Ki Kedung Gede semakin Gusar, karena maksud yang ada dalam pikirannya telah tertebak dengan benar oleh Syeh Ahmad Mutamakin.

Selebaran yang telah beredar di seluruh ulama Jawa, ulama-ulama tersebut mendesak kepada pihak keraton. untuk mengadakan sidang pengadilan terhadap Syeh Ahmad Mutamakin yang telah keliru dalam pemahaman terhadap Agama Islam. Mereka kuatir bila hal ini tidak diatasi akan berdapak buruk pada penyebaran Agama Islam di pulau Jawa.

Persidangan terhadap Syeh Ahmad Mutamakin dihadiri oleh ulama seluruh jawa. Seperti Khotib Anom dari Kudus, Ki Witono dari Surabaya, Ki Busu dari Gresik. Dan ulama-ulama lainnya. Mereka sepakat menyidangkan Syeh Ahmad Mutamakin pada persidangan kartosuro. Selanjutnya tuntutan terhadap beliau dibacakan oleh Patih Danurejo, setelah mereka membacakan tuntutan-tuntutan tersebut. Patih menyuruh anak buahnya segera mengutus dua orang sebagai duta tugas kepada Syeh Ahmad Mutamakin.

Undangan yang hadir banyak sekali merka ingin menyaksikan Sidang Pengadilan Syeh Ahmad Mutamakin. Dalam persidangan tersebut terjadi dua kelompok yang satu membela mati-matian Syeh Ahmad Mutamakin sedangkan kelompok yang satu menentang keras apa yang pernah dilakukan oleh Syeh Ahmad Mutamakin. Dalam persidangan tersebut yang paling menonjol dalam adu argumentasi adalah Khotib Anom Kudus, Patih Danurejo, dan utusan Demang Irawan yang merupakan utusan yang ditugaskan oleh Raja untuk mengawasi persidangan Syeh Ahmad Mutamakin.

Persidangan menjadi alot, karena pihak penuntut menghendaki Syeh Ahmad Mutamakin dihukum pancung, karena telah melanggar syareat Agama, sedangkan kelompok yang satu membela matia-matian Syeh Ahmad Mutamakin. Akhirnya sidang ditunda sampai besuk. Karena bukti-bukti yang mengarah untuk dijadikan bukti untuk memvonis belum ada.

Raja Kartosuro memanggil Demang Irawan untuk mengetahui hasilnya dan kondisi terakhir persidangan tersebut. Atas saran Demang Irawan, Raja ingin memanggil Syeh Ahmad Mutamakin langsung empat mata. Raja bermimpi tentang sebidang petak sawah yang sebagian ditanami, sebagian menguning, sebagian Ketam. Mimpi tersebut selalu menghantui pikirannya, akhirnya Syeh Ahmad Mutamakin disuruh menafsirkan mimpi sang Raja. Syeh Ahmad Mutamakin menafsirkan mimpi Raja, bahwa Syeh Ahmad Mutamakin dapat bebas dari tuntutan pengadilan.

Setelah peristiwa tersebut, paduka Raja memrintahkan kepada Patih Danurejo untuk segera membebaskan Syeh Ahmad Mutamakin. Namun hal ini masih ada ulama seperti Khotib Anom yang masih keberatan akan keputusan raja tentang vonis bebas Syeh Ahmad Mutamakin. Mereka berhadapan dengan ulama uang membela Syeh Ahmad Mutamakin seperti Ki Kedung Gede.

Akhirnya Syeh Ahmad Mutamakin dan Khotib Anom dipanggil menghadap keraton. Tentang perbedaan pendapat yang tidak ada habis-habisnya. Dan diadakan tafsir Serat Dewa Ruci dan Bimo Suci diantara keduanya. Syeh Ahmad Mutamakin menerjemahkan serat tersebut dan mempraktekaan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Khotib Anom kesulitan dalam memaknai atau tafsir mimpi Dewa Ruci/Bima Suci. Akhirnya Khotib Anom mengakui kepandaian, dan kearifan Syeh Ahmad Mutamakin.

Syeh Ahmad Mutamakin berhasil lolos dari hukuman pancung. Bahkan beliau mendapat bumi perdikan kajen. Yaitu daerah yang bebas pajak negara. Beliau diberikan kebebasan dalam menyebarkan Agama yang harus sesuai dengan kridor Islam. Syeh Ahmad Mutamakin memiliki murid-murid besar seperti Kyai /Syeh Ronggo Kusumo,Kyai Mizan, R. Sholeh dan murid-murid lainnya yang tersebar dimana-mana.

Peninggalan Arkeologis

Pesarean (makam) Mbah Mutamakkin berada di Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati. Tepatnya 18 kilometer ke arah utara Kota Pati.
Salah satu peninggalan beliau adalah sebuah masjid yang klasik. Masjid Kajen, orang setempat menyebutnya. Masjid tersebut terbilang unik. Pasalnya, hampir seluruh bagiannya terbuat dari kayu jati.

Walaupun pernah dipugar beberapa kali, namun dua saka (tiang) yang berada paling depan yang disebut “saka nganten,” dan dua buah pintu yang berada di sebelah utara dan selatan masih tetap utuh.

Seperti umumnya masjid jami’, di Masjid Kajen juga terdapat sebuah mimbar. Mimbar yang diyakini buah karya Mbah Mutamakkin penuh dengan ornament yang tinggi seninya. Banyak penafsiran tentang ornament tersebut. Misalnya bulan sabit yang dipatok burung bangau. Artinya: semangat dan do’a akan snggup untuk menggapai cita-cita yang mulia.

Pada mimbar juga terdapat sebuah ukiran berbentuk kepala naga yang berjumlah dua, yakni sebelah kanan dan kiri mimbar. Ada juga yang mempercayai dua kepala naga tersebut adalah naga milik Aji Saka (Tokoh legenda sejarah masuknya Islam di Tanah Jawa yang dianggap juga seletak penanggalan tahun saka).

Selain masjid, terdapat juga peninggalan berupa sumur Mbah Mutamakkin yang berada di Desa bulumanis. Air tersebut tidak berasa tawar meskipun berjarak sekitar satu kilometer dari laut.

Karena jasa Mbah Mutamakkin, sedikitnya terdapat 34 Ponpes yang berdiri di Desa Kajen hingga sekarang. Selain pesantren tradisional, muncul berbagai lembaga pendidikan nasional yang unik. Walaupun menggunakan pelajaran umum, namun tidak lupa kitab kuning juga diajarkan di sekolah tersebut. 

Apa Sich Air Patok (batu nisan) Mbah Mutamakkin ?


Mungkin bagi yang pertama kali denger istilah diatas akan menganggap air tersebut keluar dari sela-sela patok atau nisan. Padahal, sebenarnya air tersebut diambil dari air yang ada dalam bak kamar mandi yang biasa dipakai zairin untuk qadlaul hajat. Cuma yang membedakannya, kalau sudah menjadi air patok maka nilainya sudah jauh tinggi. Karena air tersebut sudah bersentuhan dengan patoknya orang sholih, lebih -lebih seorang waliyullah.

Jadi awalnya, air disiramkan ke sorban terlebih dahulu, kemudian sorban tersebut diusap - usapkan ke patok dan sekitarnya. Setelah itu, sorban diperas dan airnya ditampung di ember. Dari ember itulah kemudian air perasan tersebut di pindah ke botol, jerigen, plastik.

Masyarakat meyakini bahwa air tersebut mengandung keberkahan dari Allah yang maha kuasa yang dapat dijadikan obat mujarab, karena bekas atau atsar orang sholih. Pastinya mereka beri'tikad bahwa manfaat dan mudlarat datangnya hanya dari Allah semata, bukan dari makhluk. Atsar orang sholih hanya sebagai sebab yang diberikan Allah.

Orang yang belum mengerti hakikat dan karakteristik air sering mengira bahwa pengobatan alternative dengan cara meminum air yang telah diberi doa sebelumnya, merupakan suatu cara yang tidak ilmiah. Karena itu maka "layak" disebut sebagai cara yang tidak rasional. Namun, seorang peneliti Jepang terkenal, Dr. Masaru Emoto berhasil membuktikan bahwa air sanggup membawa pesan atau informasi dari apa yang diberikan kepadanya. Bahkan air yang diberi respon positif, termasuk doa, akan menghasilkan bentuk kristal heksagonal yang indah.

Hasil penelitian Masaru Emoto yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia "The True Power Of Water" [Hikmah Air dalam Olahjiwa], (MQS Publishing, 2006), merupakan pengalaman menakjubkan karena membuktikan bahwa air ternyata “hidup” dan dapat merespon apa yang disampaikan manusia.

Mungkin pula ada sebagian kecil orang islam yang gegabah menganggap hal tersebut mengandung kesyirikan yang tidak punya dasar dalil agamanya. tapi benarkah tuduhan tersebut ?

Mari kita simak dalil - dalil dibawah ini !!!

1. Ahmad bin Bakut ditanya tentang tanah makam yang dibawa oleh orang-orang karena tujuan tabaruk apakah boleh atau dilarang? Lalu beliau menjawab: “Hal tersebut boleh. Orang-orang (umat Islam), selalu bertabaruk dengan makam para ulama, syuhada dan orang shaleh. Orang-orang selalu membawa tanah/debu makam Sayyidina Hamzah bin Abdul Mutthalib sejak masa lampau.

Apabila telah tetap bahwa tanah makam Sayyidina Hamzah selalu dibawa sejak masa silam, maka bagaimana mungkin para ulama Madinah akan bersepakat mendiamkan bid’ah yang diharamkan ini? Ini jauh dari kemungkinan. Aku berkata: “Termasuk bagian hukum boleh ini, adalah pengamalan orang kebanyakan yang berlaku, berupa membawa tanah makam Syaikh Abu Yi’za dan tanah makam Syaikh Abu Ghalib an-Naisaburi untuk kesembuhan dari banyak penyakit dan bisul yang sulit disembuhkan.” (Al-Imam Abul-‘Abbas Ahmad bin Yahya al-Wansyarisi, al-Mi’yar al-Mu’rib wa al-Jami’ al-Mughrib ‘an Fatawa Ahli Afriqiyah wa al-Andalus wa al-Maghrib, juz 1 hal. 330).

Dalil diatas akan bolehnya membawa tanah makam untuk tabaruk

2. Hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha :



عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا اشْتَكَى الإِنْسَانُ الشَّىْءَ مِنْهُ أَوْ كَانَتْ بِهِ قَرْحَةٌ أَوْ جَرْحٌ قَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- بِإِصْبَعِهِ هَكَذَا وَوَضَعَ سَبَّابَتَهُ بِالأَرْضِ ثُمَّ رَفَعَهَا « بِاسْمِ اللهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيقَةِ بَعْضِنَا لِيُشْفَى بِهِ سَقِيمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا ». متفق عليه.



“Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, apabila seseorang mengeluhkan sakit kepada beliau, atau pada dirinya terdapat bisul dan luka, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, dengan jari-jarinya begini, dan meletakkan telunjuknya ke tanah kemudian mengangkatnya: “Dengan nama Allah, tanah bumi kita, dengan ludah sebagian kita, agar supaya orang kita yang sakit disembuhkan oleh sebabnya, dengan restu Tuhan kita.” HR Bukhari dan Muslim

Hadis diatas menunjukkan bertabaruk dengan tanah kuburan para auliya dan orang shaleh.

3. Hadits Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu



عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِيْ صَالِحٍ قَالَ: أَقْبَلَ مَرْوَانُ يَوْمًا فَوَجَدَ رَجُلاً وَاضِعًا وَجْهَهُ عَلىَ الْقَبْرِ فَقَالَ أَتَدْرِيْ مَا تَصْنَعُ فَأَقْبَلَ عَلَيْهِ فَإِذًا هُوَ أَبُوْ أَيُّوْبَ فَقَالَ نَعَمْ جِئْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَلَمْ آَتِ الْحَجَرَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ لاَ تَبْكُوْا عَلىَ الدِّيْنِ إِذَا وَلِيَهُ أَهْلُهُ وَلَكِنْ اِبْكُوْا عَلَيْهِ إِذَا وَلِيَهُ غَيْرُ أَهْلِهِ. (َروَاهُ أَحْمَدُ وَالطَّبَرَانِيُّ وَابْنُ أَبِيْ خَيْثَمَةَ وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ وَالذَّهَبِيُّ والسُّيُوْطِيُّ).



“Dawud bin Abi Shalih berkata: “Pada suatu hari Marwan datang, lalu menemukan seorang laki-laki menaruh wajahnya di atas makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Marwan berkata: “Tahukan kamu, apa yang kamu perbuat?” Lalu laki-laki tersebut menghadapnya, ternyata ia sahabat Abu Ayyub. Lalu ia menjawab: “Ya, aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bukan mendatangi batu. Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jangan tangisi agama apabila diurus oleh ahlinya. Akan tetapi tangisilah agama apabila diurus oleh bukan ahlinya.”

Dalam hadits di atas, sahabat Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu bertabaruk dengan mencium makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. 

4. Sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma meletakkan tangan kanannya ke makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setiap datang dari perjalanan.



عَنْ نَافِعٍ، أَنَّ ابْنَ عُمَرَ ، كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ صَلَّى سَجْدَتَيْنِ فِي الْمَسْجِدِ، ثُمَّ يَأْتِي النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَيَضَعُ يَدَهُ الْيَمِينَ عَلَى قَبْرِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَيَسْتَدْبِرُ الْقِبْلَةَ ثُمَّ يُسَلِّمُ عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ثُمَّ عَلَى أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ. (رَوَاهُ الْقَاضِيْ فِيْ فَضْلِ الصَّلاَةِ عَلىَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ).



5. Muhammad bin al-Munkadir, ulama terkemuka generasi tabi’in meletakkan pipinya ke makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika tidak bisa berkata-kata. Al-Hafizh Ibnu Asakir dan al-Dzahabi meriwayatkan:



عَنْ إِسْمَاعِيْلَ بْنِ يَعْقُوْبَ التَّيْمِيِّ قَالَ كَانَ مُحَمَّدُ بْنِ الْمُنْكَدِرِ يَجْلِسُ مَعَ أَصْحَابِهِ قَالَ فَكاَنَ يُصِيْبُهُ صُمَاتٌ فَكَان يَقُوْمُ كَمَا هُوَ حَتَّى يَضَعَ خَدَّهُ عَلىَ قَبْرِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ثُمَّ يَرْجِعُ فَعُوْتِبَ فِيْ ذَلِكَ فَقَالَ إِنَّهُ يُصِيْبُنِيْ خَطْرَةٌ فَإِذَا وَجَدْتُ ذَلِكَ اِسْتَغَثْتُ بِقَبْرِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَكَانَ يَأْتِيْ مَوْضِعًا مِنَ الْمَسْجِدِ فِي السَّحَرِ يَتَمَرَّغُ فِيْهِ وَيَضْطَجِعُ فَقِيْلَ لَهُ فِيْ ذَلِكَ فَقَالَ إِنِّيْ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِيْ هَذَا الْمَوْضِعِ أُرَاهُ قَالَ فِي النَّوْمِ.



“Ismail bin Ya’qub al-Taimi berkata: “Muhammad bin al-Munkadir duduk bersama murid-muridnya. Lalu ia tidak bisa berbicara. Lalu ia berdiri, sehingga menaruh pipinya ke makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu ia kembali. Lalu ia ditegur karena perbuatannya itu. Ia berkata: “Aku terkena penyakit yang berbahaya. Apabila aku rasakan hal itu, aku beristighatsah dengan makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam”. Ia sering mendatangi suatu tempat di Masjid Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada waktu sahur, berguling-guling dan tidur miring di situ. Lalu ditanya tentang hal tersebut. Ia menjawab: “Aku pernah melihat Rasulullah di tempat ini.” Aku mengira, ia melihatnya dalam mimpi”. (Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyq (56/50-51) dan al-Dzahabi, Siyar A’lam al-Nubala’ (5/358-359).
“Dari Nafi’, bahwa apabila Ibnu Umar datang dari suatu perjalanan, ia menunaikan shalat dua raka’at di Masjid, lalu mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu meletakkan tangan kanannya ke makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan membelakangi kiblat, kemudian mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian kepada Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma”. (Al-Qadhi Ismail al-Baghdadi, Fadhl al-Shalat ‘ala al-Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, hal. 84.)

6. Al-Husain bin Abdullah bin Abdullah bin al-Husain, tokoh ahlul-bait dari generasi Salaf. Al-Hafizh al-Sakhawi al-Syafi’i meriwayatkan:



قَالَ يَحْيَى بْنُ الْحَسَنِ بْنِ جَعْفَرٍ فِيْ كِتَابِهِ أَخْبَارِ الْمَدِيْنَةِ وَلَمْ أَرَ فِيْنَا رَجُلاً أَفْضَلَ مِنْهُ، كَانَ إِذَا اشْتَكَى شَيْئاً مِنْ جَسَدِهِ: كَشَفَ الْحَصَى عَنِ الْحَجَرِ الَّذِيْ كَانَ بِبَيْتِ فَاطِمَةَ الزَّهْرَاءِ يُلاَصِقُ جِدَارَ الْقَبْرِ الشَّرِيْفِ، فَيَمْسَحُ بِهِ.



“Yahya bin al-Hasan bin Ja’far berkata dalam kitabnya Akhbar al-Madinah: “Aku belum pernah melihat orang yang lebih utama dari al-Husain bin Abdullah di antara kami ahlul-bait. Kebiasaannya, apabila ia merasakan sakit pada sebagian tubuhnya, ia membuka kerikil dari batu yang di rumah Fathimah al-Zahra yang menempel ke makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mulia. Lalu ia mengusapkannya.” (Al-Hafizh al-Sakhawi, al-Tuhfah al-Lathifah fi Tarikh al-Madinah al-Syarifah (1/292)

7. Al-Imam Ahmad bin Hanbal, pendiri madzhab Hanbali telah berfatwa bolehnya bertabaruk dengan cara menyentuh dan mencium mimbar atau makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tujuan taqarub kepada Allah. Abdullah, putra al-Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan:



سَأَلْتُهُ عَنِ الرَّجُلِ يَمَسُّ مِنْبَرَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم وَيَتَبَرَّكُ بِمَسِّهِ وَيُقَبِّلُهُ وَيَفْعَلُ بِالْقَبْرِ مِثْلَ ذَلِكَ أَوْ نَحْوَ هَذَا يُرِيْدُ بِذَلِكَ التَّقَرُّبَ إِلَى اللهِ جَلَّ وَعَزَّ فَقَالَ لَا بَأْسَ بِذَلِكَ



“Aku bertanya kepada ayahku tentang laki-laki yang menyentuh mimbar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ia bertabaruk dengan menyentuhnya dan menciumnya, dan ia melakukan hal yang sama ke makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam atau yang sesamanya, ia bertujuan mendekatkan diri kepada Allah dengan hal tersebut. Beliau menjawab: “Tidak apa-apa”. (Abdullah bin al-Imam Ahmad, al-‘Ilal wa Ma’rifah al-Rijal (2/492).

Refferensi : FB : Ahmad Sabiqul Himam


Raja Dunia Yang Kafir dan Yang Muslim

Diposkan oleh On 6:15 AM

Raja adalah penguasa yang memiliki sejumlah rakyat yang mengakui kebesarannya, jika dia berkuasa di Dunia maka dia termasuk Raja Dunia. Raja-Raja Dunia dalam hal ini tidak sama dengan Khlolifah yang jumlahnya 4 (Empat), yaitu Abu Bakar as Siddiq, Umar bin Khottab, Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thallib. Mereka semua adlah kholifah pengganti Nabi Muhammad untuk meneruskan Kemajuan Islam. Namun Raja Dunia kali ini Pada Masa Nabi Sulaiman dan Nabi Ibrahim. Ada dua Raja Dunia yang Kafir,Pertama adalah Raja Namrud pada Masa Nabi Ibrahim, kemudian Kedua adalah Raja Buhtanashor. Kemudian Ada Dua Raja Dunia Yang Muslim yaitu Nabi Sulaiman dan Dzulkarnain.


Nabi Sulaiman

Raja Namrud

Raja Dzulkarnain


Sumber Gambar : Isyraq.wordpress.com, Armymansyurin.wordpress.com, Sefty_Jakartalovestory.blogspot.com

Mukjizat-Mukjizat Para Nabi

Diposkan oleh On 5:02 AM

Mukjizat menurut bahasa yang melemahkan (jawa: Perkoro sing ngapesake). Setiap Rosul atau Utusan Allah akan diberikan Mukjizat. sebab tanpa mukjizat para utusan Allah ini butuh untuk menandingi kelebihan-kelebihan orang-orang yang belum beriman pada Allah. Kelebihan yang berupa mukjizat ini sangat dibutuhkan dalam syiar agama islam. Sebab kaum yang memang belum beriman susah diajak beriman apabila mereka belum terkalahkan ilmunya. Mukjizat diberikan oleh Allah untuk Orang yang dipercaya menjadi Utusan dalam penyiaran Agama Islam. Seluruh Rasul Nati Bakal mendapatkan kelebihan itu. 

Baiklah pengunjung Perpustakaanku. Langsung saja akan saya paparkan beberapa Mukjizat bagi para Rosul.
  1. Nabi Muhammad diberikan mukjizat berupa Al-Qur'anul Kariim. Didalam AL-Qur'an Al-Karim terdapat panduan hidup dalam kehidupan, berisi petunjuk-petunjuk yang benar dan Al-Qur'an juga memiliki karya sastra yang luar biasa sehingga mempu menandingi sastra pda zamannya.
  2. Nabi Ibrahim memiliki mukjizat tidak terbakar jika kena api. Dia diberikan kekuatan yang luar biasa agar tahan terhadap panasnya api. Dia pernah dibakan oleh kaum kafir dengan sebab Nabi ibrahim kena hukuman karena telah meruntuhkan tuhan-tuhan orang kafir yang dibuat sendiri.
  3. Nabi Yusuf dberikan mukjizat diberikan wajah yang gantheng sehingga bayak orang yang  terkesiama melihat ketampanannya beliau.
  4. Nabi Musa memiliki memiliki tongkat yang bisa berubah menjadi ular. Memang pada masa Nabi Musa menjadi seorang pemuka agama dan harus menyebarkan agam islam dengan santun dan baik. Pada Masa Kenabian Nabi Musa, memang banyak orang yang memiliki banyak sihir sehingga Nabi Yusuf diberikan Mukjizat untuk melemahkan kaum kafir yang ahli sihir.
  5. Nabi Yunus memiliki mukjizat bisa hidup didalam perut ikan selama 40 hari.
  6. Nabi Daud memiliki mukjizat suara yang sangat merdu sekali sehingga siapa saja yang mendengarnya akan bertasbih pada Allah. makanya Bagi qori dan qoriah bisa mengirim hadroh dulu sebelum berlomba atau agar suaranya semerdu Nabi Daud.
  7. Nabi Sulaiman selain memiliki julukan Raja Dunia, Nabi Sulaiman diberi mukjizat bisa berbicara dengan semua ciptaan Allah baik dengan Manusia Hewan dan Tumbuhan. Bahkan bisa berkomunikasi dengan penghuni alam Ghaib. Beliau bisa memindahkan kerajaan, memindahkan gunung dan lain sebagainya.
  8. Nabi Isa juga diberikan mukjizat bisa menyembuhkan orang yang sakit parah dan bisa menghidupkan orang mati atas izin Allah.
  9. Nabi Idris diberikan mukjizat dalam bidang karya sastra, mampu menulis 30 suhuf selain Kitab dari Allah.
Cerita ini diambil dari kitab Qishosul Ambiya. Mengenai kelengkapannya bisa di posting dalam artikel yang lain. Maka akan dikupas secara tuntas dan terperinci. Mohon do'a dan dukungannya agar penulis yang fakir ini bisa bermanfaat ilmunya bagi orang lain, khususnya bagi pembaca setia Ravindra Blog.


Komentar anda sangat berharga bagi blog ini... Terima Kasih atas komentar dan kunjungannya...