Tata Cara Sholat Dhuha Beserta Do'anya

Diposkan oleh On 9:50 AM

Salah satu sholat yang disunnahkan adalah sholat dhuha, bahkan dalam kifayatul ahyar : 3 sholat sunnah yang tergolong muakkad atau dikukuhkan, yang pertama sholat tahajjud, Kedua sholat Dhuha dan Ketiga sholat Tarawih. Dalil Menurut Al-Qur’an yaitu :
يسبحن بالأشى و الإشراق
Menurut Ibnu Abbas sholat isroq ya sholat dhuha itu.

Tujuan Sholat Dhuha

Dan kali ini yang kita bahas adalah sholat dhuha. Kebanyakan orang memahami sholat dhuha agar dimudahkan untuk mendapatkan rizki dari Allah Subhanahu Wata’ala. Orang melaksanakan sholat dhuha dengan tujuan demikian juga tidak salah, sebab siapa lagi yang pantas dimintai rizki kalau bukan Allah. Dan memang meminta dengan sopan pada Allah tentunya dengan melakukan sholat, dalam hal ini adalah sholat dhuha. Lantas bagaimana jika kita melaksanakan sholat dhuha bukan untuk meminta rizki pada Allah, hanya semata-mata untuk mencari RidloNYA. Tentu saja hal yang demikian juga tidak salah. Sebab orang beribadah karena Allah semata sudah menjadi kewajibannya. 


Pemahaman rizki juga tidak sesempit yang kita tahu, jika kita mengamati secara detail, bahwa umur yang diberikan pada kita, juga termasuk rizki, jabatan yang kita punya juga rizki, ilmu yang manfaat juga rizki, kesehatan yang melimpah juga termasuk rizki, diberikan buah hati yang sholih dan sholihah juga rizki, dan apapun yang diberikan Allah pada kita adalah rizki. Tugas kita adalah mensyukuri rizki yang telah diberikan, agar rizki itu selalu ditambah dan dilipat gandakan. Dari kedua tujuan orang melaksanakan  sholat dhuha tidak ada opsi mana yang lebih baik. Menurut penulis kedua tujuan tersebut sama-sama baik, tinggal pilih salah satu atau bahkan kedua-duanya dibarengkan. Malah siip. Ya cari ridlo Allah, juga minta didatangkan rizkinya. Macem pokoke. Mengenai tujuan sholat dhuha saya kira sudah clear, yang terpenting adalah mau melakukannya. Itu yang sangat super sekali.
Baiklah pembaca yang dicintai oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Sholat dhuha itu paling sedikit dua rekaat, namun ada yang lebih utama yaitu delapan rekaat (syarah ianatut Tholibin : sempurna 4 rekaat, Afdholnya 6 rakaat) Tapi paling banyak hanya duabelas rekaat. Tidak usah lebih.

Tata caranya :

Sholat dhuha seandainya anda memilih melakukannya 4 rekaat maka lakukan sholat dua rekaat salam kemudian dua rekaat salam. Dan bisa dilakukan dengan berjamaah maupun secara sendirian.
Waktunya sholat dhuha adalah terbitnya matahari sampai sebelum dzuhur.
Niatnya sebagai berikut :
أصلى سنة الضحى لله تعالى
Kalau tidak bisa dengan bahasa Arab boleh juga menggunakan bahasa sendiri namun dalam hati saja, misal dengan mengatakan dalam hati “ saya sholat dhuha karena Allah “. Mau menambahi Rak’ataini Mustaqbilal qiblati juga boleh, tapi yang paling pokok adalah seperti diatas.
Mengenai do’a bisa dengan kalimat sendiri yang terpenting adalah anda faham apa yang anda minta. Percuma jika menggunakan bahasa arab tapi tak tahu arti dan maksudnya. Mending dengan bahasa sendiri, anda faham dan Allah sudah tentu faham, apapun bahasa anda. Jo Watir... InsyaAllah dikabulkan. Tata cara berdo’a yang baik akan menjadikan do’a anda mudah dikabulkan.
Namun jika kalian bisa bahasa arab maka saya persembahkan do’a sholat Dhuha untuk anda :

اللّهُمَّ إنَّ الضُّحَاءَ ضُحَائُكَ وَ الْبَهَاءَ بَهَائُكَ وَ الْجَمَالَ جَمَالُكَ وَ اْلقُوَّةَ قُوَّاتُكَ وَ اْلقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَ اْلعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اللّهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَاءِ فَأَنْزِلْهُ وَ اِنْ كَانَ فِى الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَ اِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَيَسِّرْهُ وَ اِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَ اِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ وَ اِنْ كَانَ قَلِيْلًا فَكَثِّرْهُ بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَ جَمَالِكَ وَ قُوَّتِكَ وَ قُدْرَتِكَ وَ عِصْمَتِكَ اٰتِنِىْ مَا أَتَيْتَ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ. اللّهُمَّ بِكَ اُوَاصِلُ وَ بِكَ اُحَاوِلُ وَ بِكَ اُقَاتِلُ. رَبِّ اغْفِرْلِى وَ ارْحَمْنِى وَ تُبْ عَلَيَّ إنَّكَ أنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
Refferensi :
  • Syech Abdullah bin Hujazi Bin Ibrahim Asyafi’i Al Ashari, Hasyiyah Syarqowi, Darul Fikr, Beirut Lebanon, 2006, Juz Awal, hal.292
  • Imam Taqiyuddin bin Abi Bakrin Bin Muhammad Husaini, Kifayatul Ahyar, Darul Haya’i Al Kutub Arabiyah, Indonesia, Juz 1, Hal. 87.
  • Majmu’ Syarif, Putra Bahari Surabaya, Hal. 203

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

2 komentar

klau stlah fatihah,,pke surat pndek gmna ya,, (bkan asy-syam atau al lail)

boleh saja, pakai yang lebih pendek. misalnya Al-Kautsar juga boleh.